Rabu, 19 Juni 2013

ARTI FILOSOFIS DIBALIK LAGU GUNDUL GUNDUL PACUL




Lagu "Gundul Gundul Pacul" adalah salah satu lagu Jawa yang paling dikenal oleh masyarakat, walaupun, sedihnya.. jika menanyakan anak muda jaman sekarang, banyak dari mereka yang tidak hafal/tahu lagu itu.
Lagu "Gundul Gundul Pacul" adalah salah satu lagu Jawa yang paling dikenal oleh masyarakat, walaupun, sedihnya.. jika menanyakan anak muda jaman sekarang, banyak dari mereka yang tidak hafal/tahu lagu itu.

Gundul Gundul Pacul yang bermelodi gembira dan hidup ternyata diciptakan oleh Sunan Kalijaga bersama teman-temannya pada saat umur Beliau masih remaja sekitar tahun 1400an. Belum lama dari sekarang, saya baru saja mengetahui makna asli dari lagu Gundul Gundul Pacul, dan ternyata sangat filosofis. Saya jadi sangat terkesan dan merasa harus menyebarkan makna lagu ini kepada sebanyak-banyaknya orang...

Mari kita artikan lagu ini...

'Gundul' adalah 'kepala botak tanpa rambut' ... dan kepala merupakan lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang. Sedangkan rambut adalah 'mahkota'nya dan keindahannya. 'Gundul' di lagu ini, berarti "kehormatan tanpa mahkota."

'Pacul' adalah cangkul, yaitu alat bertani. Pacul di lagu ini melambangkan rakyat dari kalangan rendah, mayoritas para petani.

Jadinya, "Gundul Pacul" sebetulnya berarti "seorang pemimpin sejati bukanlah orang yang diberikan mahkota, namun ia adalah orang yang membawa pacul, bekerja keras untuk kemakmuran rakyatnya atau orang banyak.

Menurut orang Jawa, 'pacul' adalah 'papat kang ucul' (empat yang lepas). Kemuliaan seseorang dinilai dari 4 hal, yaitu:

1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat
2. Telinga digunakan untuk mendengarkan nasehat
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan
4. Mulut digunakan untuk berbicara yang adil.

Jika keempat-empat hal di atas terlepas dari manusia, mereka menjadi 'gembelengan', yang artinya sombong, besar kepala, dan bermain-main atau tidak serius pada saat menggunakan kehormatannya.

'Nyunggi wakul' memiliki arti 'menjunjung amanah rakyat''wakul ngglimpang' artinya 'amanah yang jatuh tidak bisa dipertahankan', dan 'segane dadi sak latar' artinya berantakan sia-sia, tidak berguna untuk rakyat.


Mari kita satukan kembali kalimat-kalimat ini menjadi lagu..

Gundul-gundul pacul cul
Gembelengan
Nyunggi-nyunggi wakul kul
Gembelengan
Wakul ngglimpang
Segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang
Segane dadi sak latar

Jadi, seluruh lagu bermakna:

Menjadi pemimpin itu harus mau bekerja keras dan berkorban untuk rakyat, segala panca indera digunakan untuk membangun negeri, karena kalau kita sudah mendapatkan posisi kekuasaan dan kita permainkan kekuasaan kita seenak kita, kita menjadi tak ada gunanya untuk rakyat kita.





0 komentar:

Posting Komentar