Banyak
anak-anak muda begitu tergila-gila dengan boyband asal Korea seperti Super
Junior, EXO, SHINee, TVXQ,dll. Akhir-akhir ini juga menjamur boyband dan
girlband di Indonesia yang mengadaptasi dari boyband dan girlband asal negeri
ginseng tersebut. Belum lagi banyak anak muda yang mendadak menggemari bahasa
korea bahkan sengaja ikut kursus. (Contohnya saya, hahaha ^_^)
Fenomena ini dinamakan Halyyu Wave yaitu
sebuah fenomena arus penyebaran budaya korea melalui kebudayaan populer seperti
drama, musik, fashion, teknologi, film,dll . Pada awalnya, invasi kebudayaan
korea ini hanya menjangkiti Cina. Kemudian menjalar sampai ke Asia Tenggara
termasuk Indonesia.
Di Indonesia , awal merebaknya kebudayaan
korea adalah melalui serial drama seperti Full House, Stairway to Heaven,
Winter Sonata, Endless Love. Kemudian diikuti munculnya fenomena boyband dan
girlband. Bahkan di Indonesia, kita akan mudah menemukan komunitas-komunitas
pecinta kebudayaan korea yang sering melakukan kegiatan bersama seperti nonton
bareng drama atau film korea, mengadakan lomba dance cover, acara memasak
makanan korea, mengunjungi kedubes korea dan perusahaan korea, lomba membuat
fanfiction, serta mengadakan festival K-Pop dan adat istiadat Korea.
Masuknya kebudayaan asing ini secara tidak
langsung ikut mempromosikan sebuah negara dan memberikan keuntungan ekonomi
kepada negara tersebut. Contoh:
1.
Film-film atau drama-drama korea dengan setting keindahan alam
secara tidak langsung ikut mempromosikan pariwisata di negara tersebut. Dengan
meningkatnya wisatawan, tentu devisa atau pemasukan negara juga meningkat
(Contohnya Seoul Tower di drama Boys Before Flowers dan Pulau Jeju di drama Lie
To Me).
2.
Dalam drama ataupun film Korea, seringkali aktris ataupun
aktornya mengendarai mobil-mobil bermerk produksi dalam negeri, Smart Phone
seperti merk Samsung yang juga merupakan produksi dalam negeri, serta fasilitas
maupun teknologi menunjang lainnya yang ikut disajikan dalam drama ataupun film
tersebut. Sehingga secara tidak langsung, mereka mempromosikan kemajuan
teknologi mereka.
3.
Makanan tradisional yang disajikan dalam suatu adegan di film
atau drama, secara tidak langsung ikut memperkenalkan kuliner khas negara Korea
ke mata dunia.
Satu
hal penting dalam rangka promosi budaya adalah kemasan. Kita tidak bisa
membujuk orang untuk menggemari budaya kita tanpa kemasan yang menarik. Dalam
hal ini, Korea sukses dalam mengemas kebudayaannya sehingga menjadi komoditi
yang menarik dan memiliki daya jual. Korea tidak langsung menawarkan budaya
tradisional mereka kepada masyarakat Indonesia, namun mereka menawarkannya
dengan cara berbeda, melalui film dan drama. Seperti contohnya dalam drama
dengan setting kerajaan Korea kuno. Atau dari film-film korea yang Kita tonton,
tentu Kita paham kebiasaan dan cerminan cara hidup masyarakat korea
sehari-hari.
Segi
lain yang bisa dinilai plus dari K-Pop (istilah musik Korea) adalah totalitas
musisinya. Para anggota boyband tidak segan-segan untuk melatih ototnya, dengan rajin nge-gym atau fitness agar
tampak lebih keren dan kekar di mata para fans. Mereka juga rela merubah-rubah
gaya maupun warna rambut demi selalu terlihat berbeda dan disukai para fans.
Sedangkan para anggota Girlband, rajin berolahraga dan mengonsumsi makanan
sehat demi menjaga bentuk tubuhnya agar terlihat sempurna dan sexy. Dilihat
dari segi perusahaan musik (manajemen), totalitas juga tertcermin pada para
petinggi perusahaan + staff yang tidak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam
demi mendapatkan koreografer dan song writer ternama dari dalam maupun luar
negeri (contohnya SM ENTERTAINMENT à
agensi favorit saya, wkwkwk ^_^), tidak jarang juga mereka membuat Music Video
mereka di luar negeri dengan biaya Milyaran (contohnya B.A.P dari TS
ENTERTAINMENT)
Salah
satu faktor penunjang popularitas kebudayaan korea di dunia adalah karena
didukung oleh pemerintahnya.Pemerintah Korea membantu penyebaran Halyyu ini
dengan menggunakan saluran televisi internasional seperti Arirang yang
berbahasa Inggris, sehingga lebih mudah diterima masyarakat di berbagai penjuru
negara. Yang bisa kita pelajari dari Hallyu Wave ini adalah kita juga bisa
“menjual” kebudayaan Indonesia jika kita mau memberikan kemasan yang menarik. Sebenarnya
kekayaan budaya Indonesia baik tradisi maupun populer tidak kalah dengan
kebudayaan Korea. Hanya saja ada jarak antara budaya Indonesia
dengan rakyat kebanyakan, khususnya anak muda.
Fanatisme anak muda kepada
budaya asing bisa melunturkan rasa cinta kepada budaya Indonesia. Tetapi bukan
berarti anak-anak muda kehilangan jati diri bangsa atau rasa nasionalisme. Namun sebenarnya ada kerinduan besar
anak-anak muda kepada rasa nasionalisme.
Contohnya anak-anak muda
Indonesia yang masih setia mendukung Indonesia dalam kompetisi internasional sepakbola.
Atau anak-anak muda yang ikut memberi dukungan saat binatang asli Indonesia
(komodo) menjadi nominasi New Seven Wonder. Contoh lain, saat Malaysia
mengklaim sejumlah budaya Indonesia, di mana anak-anak muda juga tak segan
melakukan pembelaan lewat berbagai jejaring sosial.
Pemerintah seharusnya
memberi ruang publik yang memadai untuk pengembangan budaya lokal. Penyebaran
budaya harus dilakukan secara populer. Misalnya, pemerintah mewajibkan hotel-hotel untuk menyajikan tarian
tradisional daerah atau televisi diwajibkan menampilkan pertunjukan tradisional
dengan gaya modern. Contohnya, pesinden Soimah yang menampilkan musik keroncong
dan campursari dengan gaya musik ala barat yang di-mix dengan musik Tradional
Indonesia, sehingga tetap tidak melunturkan budaya asli Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar